Kamis, 10 Desember 2009

TRANSFORMATOR

Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE

Tansformator adalah suatu alat lisstrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi-elektromagnetik.

Dalam bidang elektronika, transformator digunakan antara lain sebagai gandengan impedansi antara sumberdan beban; untuk memisahkan satu rangkaian dari rankaian yang lain; dan untuk menghambat arus searah sambil tetap melakukan atau mengalirkan arus bolak-balik antara rangkaian.

Berdasarkan frekuensi, transformator dikelompokkan sebagai berikut:

1) Fekuensi daya, 50 – 60 c/s

2) Frekuensi pendengaran, 50 c/s – 20 kc/s

3) Frekuensi radio, di atas 30 kc/s

Dalam bidang tenaga listrik, pemakaian transformator dikelompokkan menjadi:

1) Transformator daya

2) Transformator distribusi

3) Transformator pengukuran; yang terdiri atas transformator arus dan transformator tegangan

Kerja transformator yang berdasarkan induksi-elekromagnetik, menghendaki adanya gandengan magnet antara rangkaian primer dan sekunder. Gandengan magnet ini berupa inti besi tempat melakukan fluks bersama. Berdasarkan cara melilitkan kumparan pada inti, dikenal 2 macam transformator, yaitu tipe inti dan tipe cangkang.

KEADAAN TRANSFORMATOR TANPA BEBAN

Bila kumparan primer suatu transformator dihubungkan denganm sumber tegangan V1 yang sinusoid, akan mengalirlah arus primer Io yang juga sinusoid dan dengan menganggap belitan N1 reaktif murni, Io akan tertinggal 90o dari V1. Arus promer Io menimbulkan fluks (Φ) yang se-fasa dan juga berbentuk sinusoid.

Φ = Φmaks sin wt

Fluks yang sinusoid ini akan meghasilkan tegangan induksi e1 (Hukum Faraday).

e1 = - N1 dΦ

dt

e1 = - N1 d(Φmaks sin wt) = - N1 w Φmaks cos wt

dt (tertinggal 90o dari Φ)

Harga efektifnya:

E1 = N12πƒΦmaks = 4.44 N1ƒΦmaks

2

Pada rangkaian sekunder, fluks (Φ) bersama tadi menimbulkan:

e2 = - N2 dΦ

dt

e2 = - N2 wΦm cos wt

E2 = - 4.44 N2ƒΦmaks

Sehingga:

E1 = N1

E2 N2

Dengan mengabaikan rugi tahanan dan adanya fluks bocor

E1 = V1 = N1 = α

E2 V2 N2

α = perbandingan transformasi

Dalam hal ini tegangan induksi E1 mempunyai kebesaran yang sama tetapi berlawanan arah dengan tegangan sumber V1.

ARUS PENGUAT

Arus primer Io yang mengalir pada saat kumparan sekunder tidak dibebani desebut arus penguat. Dalam kenyataannya Arus primer Io bukanlah merupakan arus induktif murni, hingga ia terdiri atas 2 komponen.

1) Komponen arus pemagnetan IM, yang menghasilkan fluks (Φ). Karena sifat besi yang nonlinier (ingat kurva B-H), maka arus pemagnetan IM dan juga fluks (Φ) dalam kenyataannya tidak berbentuk sinusoid.

2) Komponen arus tembaga IC, menyatakan daya yang hilang akibat adanya rugi histeresis dan “arus eddy”. IC se-fasa dengan V1. Dengan demikian hasil perkaliannya (IC x V1) merupakan daya (watt) yang hilang.

KEADAAN BERBEBAN

Apabila kumparan sekunder dihubungkan dengan beban ZL, I2 mengalir pada kumparan sekunder dimana I2 = V2/ZL dengan Ө2 = faktor kerja beban, arus beban I2 ini akan menimbulkan gaya gerak magnet (ggm) N2I2 yang cenderung menentang fluks (Φ) bersama yang telah ada akibat arus pemagnetan IM. Agar fluks bersama itu tidak berubah nilainya. Pada kumparan primer harus mengalir arus I’2 yang menentang fluks yang dibangkitkan oleh arus beban I2, hingga keseluruhan arus yang mengalir pada kumparan primer menjadi:

I1 = I0 + I’2

Bila rugi besi diabaikan (IC diabaikan) maka I0 = IM

I1 = IM + I’2

Untuk menjaga agar fluks tetap tidak berubah sebesar ggm yang dihasilkan oleh arus pemagnetan IM saja, berlaku hubungan:

N1IM = N1I1 – N2I2

N1IM = N1 (IM + I’2) - N2I2

hingga:

N1I’2 = N2I2

Karena nilai IM dianggap kecil, maka I’2 = I1

Jadi,

N1I1 = N2I2 atau I1 / I2 = N2 / N1

RANGKAIAN EKIVALEN

Tidak seluruh fluks (Φ) yang dihasilkan oleh arus pemagnetan IM merupakan fluks bersama (ΦM), sebagian darinya hanya mencakup kumparan primer (Φ1) atau kumparan sekunder saja (Φ2). Dalam model rangkaian (rangkaian ekivalen) yang dipakai untuk menganalisis kerja suatu transformator, adanya fluks bocor (Φ1) dan (Φ2) ditunjukkan sebagai reaktansi X1 dan X2. Sedang rugi tahanan ditunjukkan dengan R1 dan R2.

MENENTUKAN PARAMETER

Parameter transformator yang terdapat pada model rangkaian (rangkaian ekivalen) Rc, XM, Rek, dan Xek, dapat ditentukan besarnya dengan 2 macam pengukuran (test) yaitu pengukuran beban nol dan pengukuran hubungan singkat.

Pengukuran Beban Nol

Dalam keadaan tanpa beban bila kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan V1, seperti telah diterangkan terdahulu maka hanya I0 yang mengalir. Dari pengukuran daya yang masuk (P1), arus I0 dan tegangan V1 akan diperoleh harga:

Rc = V21

P1

Z0 = V1 = jXmRc

I0 = Rc + jXm

Dengan demikian, dari pengukuran beban nol dapat diketahui harga Rc dan Xm

Pengukuran Hubungan Singkat

Hubungan singkat berarti impedansi beban ZLdiperkecil menjadi nol, sehingga hanya impedansi Zek = Rek + jXek yang membatasi arus. Karena harga Rek dan Xek ini relatif kecil, harus dijaga agar tegangan yang masuk (Vhs) cukup kecil sehingga arus yang dihasilkan tidak melebihi arus nominal. Sehingga pada pengukuran ini dapat diabaikan.

Dengan mengukur tegangan Vhs, arus Ihs, dan daya Phs akan dapat dihitung parameter:

Rek = Phs

(Ihs)2

Zek = Vhs = Rek + jXek

Ihs

Xek = √Z2ek - R2ek

PENGATURAN TEGANGAN

Pengaturan tegangan suatu transformator adalah perubahan tegangan sekunder antara beban nol dan beban penuh pada suatu faktor kerja tertentu, dengan tegangan primer konstan.

Pengaturan = V2 tanpa beban – V2 beban penuh

V2 beban penuh

KERJA PARALEL

Pertambahan beban pada suatu saat menghendaki adanya kerja paralel di antara transformator. Tujuan utama kerja paralel ialah agar beban yang dipikul sebanding dengan kemampuan kVA masing-masing transformator, hingga tidak terjadi pembebanan lebih dan pemanasan lebih.

Untuk maksud di atas diperlukan beberapa syarat, yaitu:

1) Perbandingan tegangan harus sama

Jika perbandingan tegangan tidak sama, maka tegangan induksi pada kumparan sekunder masing-masing transformator tidak sama. Perbedaan ini menyebabkan terjadinyya arus pusar pada kumparan sekunder ketika transformator dibebani. Arus ini menimbulkan panas pada kumparan sekunder tersebut.

2) Polaritas transformator harus sama

3) Tegangan impedansi pada keadaan beban penuh harus sama

Dari persamaan rangkaian ekivalen yang lalu, diketahui:

V1 = I1Zek + V’2

Dari transformator yang diparalelkan dapat digambarkan sebagai berikut:

I1 total = I1A + I1B

Karena,

V1 = I1Zek + V’2

Maka untuk keadaan beban penuh:

V1 – V’2 = I1AZ1A = I1BZ1B

Persamaan di atas mengandung arti agar kedua transformator membagi beban sesuatu dengan kemampuan kVA-nya, sehingga tegangan impedansi pada keadaan beban penuh kedua transformator tersebut harus sama (I1A x Z1A = I1B x Z1B). Dengan demikian dapat juga dikatakan bahwa kedua transformator tersebut mempunyai impedansi per unit (pu) yang sama.

4) Perbandingan reaktansi terhadap tahanan sebaiknya sama

Apabila perbandingan R/X sama, maka kedua transformator tersebut akan bekerja pada faktor kerja yang sama.

RUGI DAN EFISIENSI

Rugi Tembaga (PCu)

Rugi yang disebabkan arus beban mengalir pada kawat tembaga dapat ditulis sebagai:

PCu = I2R

Karena arus beban berubah-ubah, rugi tembaga juga tidak konstan bergantung pada beban.

Rugi Besi (Pi)

Rugi besi terdiri atas :

1) Rugi histeresis, yaitu rugi yang disebabkan fluks bolak-balik pada inti besi, yang dinyatakan sebagai:

Ph = Kh ƒB1.6maks watt

Kh = konstanta

Bmaks = fluks maksimum (weber)

2) Rugi “arus eddy”, yaitu rugi yang disebabkan arus pusar pada inti besi, yang dirimuskan sebagai:

Pe = Keƒ2B2maks

Jadi, rugi besi (rugi inti) adalah:

Pi = Ph + Pe

Efisiensi

Efisiensi dinyatakan sebagai:

η = daya keluar = daya keluar = 1 - ∑ rugi

daya masuk daya keluar + ∑ rugi daya masuk

dimana ∑ rugi = PCu + Pi

Perubahan Efisiensi Terhadap Beban

Perubahan efisiensi terhadap beban dinyatakan sebagai:

η = V2 cos Φ .

V2 cos Φ + I2 R2ek + (Pi / I2)

Agar η maksimum, maka:

d / dI2 (I2R2ek + (Pi / I2)) = 0

Artinya: Untuk beban tertentu, efisiensi maksimum terjdi ketika rugi tembaga = rugi inti.

Perubahan Efisiensi Terhadap Faktor Kerja (Cos Φ) Beban

Perubahan efisiensi terhadap faktor kerja (cos Φ) beban dapat dinyatakan sebagai berikut:

η = 1 – ∑ rugi .

V2 cos Φ + ∑ rugi

η = 1 – ∑ rugi / V2 I2 .

cos Φ + ∑ rugi / V2 I2

bila ∑ rugi / V2 I2 = X = konstan, maka

η = 1 – X .

cos Φ + X

η = 1 – X/cos Φ .

1 + X/cos Φ

TRANSFORMATOR TIGA FASA

Transformator tiga fasa digunakan karena pertimbangan ekonomi. Dari pembahasan berikut ini akan terlihat bahwa pemakaian inti besi pada transformator tiga fasa akan jauh lebih sedikit dibandingkan dengan pemakaian tiga buah transformator fasa tunggal.

Apabila digunakan transformator fasa tunggal, pada bagian tersebut akan mengalir fluks sebesar ½ΦA dan ½ΦB atau sebesar ΦA. Demikian juga halnya untuk bidang nmqr, jadi pemakaian inti besi jelas menunjukkan penghematan pada transformator tiga fasa. Penghematan tersebut akan lebih terasa lagi bila kini kita mengubah polaritas transformator sedemikian rupa sehingga arah ΦB ke atas. Dengan arah ΦB ke atas, fluks yang mengalir pada bidang abcd menjadi:

ΦA + ΦB

2 2

Dan besaran vektor ini hanya sebesar:

½ x ΦA

Ditambah lagi dengan sistem pendingin yang maju, transformator tiga fasa menjadi lebih ekonomis.

HUBUNGAN DELTA

Tegangan transformator tiga fasa dengan kumparan yang dihubungkan secara delta, yaitu VAB, VBC, VCA masing-masing berbeda fasa 120o.

VAB + VBC + VCA = 0

Untuk beban yang seimbang:

IA = IAB - ICA

IB = IBC – IAB

IC = ICA - IBC

HUBUNGAN BINTANG

Arus transformator tiga fasa dengan kumparan yang dihubungkan secara bintang, yaitu IA, IB, dan IC masing-masing berbeda fasa 120o.

Untuk beban yang seimbang:

IN = IA + IB + IC

VAB = VAN + VBN = VAN - VBN

VBC = VBN VCN

VCA = VCN VAN

TRANSFORMATOR ARUS

Transformater arus digunakan untuk mengukur arus beban suatu rangkaian. Dangan menggunakan transformator arus, maka arus beban yang besar dapat diukur dengan menggunakan alat ukur (ammeter) yang tidak terlalu besar.

Dengan mengetahui perbandingan transformasi N1/N2 dan pembacaan ammeter (I2), arus beban I1 dapat dihitung. Bila transformator dianggap ideal, maka arus beban:

I1 = N2/N1 x I2

Untuk menjaga agar fluks (Φ) tetap tidak berubah, maka perlu diperhatikan agar rangkaian sekunder selalu tertutup. Dalam keadaan rangkaian sekunder terbuka, ggm N2I2 akan sama dengan nol (karena I2 = 0), sedangkan ggm N1I1 tetap ada, sehingga fluks normal (Φ) akan terganggu.

TRANSFORMATOR TEGANGAN

Transformator tegangan digunakan untuk mengukur tegangan. Dengan mengetahui N1 dan N2, membaca tegangan V2, serta menganggap transformator ideal maka tegangan V1 adalah:

V1 = N1/N2 . V2

Pentanahan rangkaian sekunder diperlukan untuk mencegah adanya beda potensial yang besar antara kumparan primer dan sekunder pada saat isolasi kumparan primer rusak.

(Zuhal.1993.Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya.Gramedia Pusaka Utama,Jakarta)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar